Pages

Bunglon Perubahanku

SURAT UNTUK DIRIKU DI LIMA TAHUN MENDATANG
Bunglon Perubahan
Oleh : Fitri Zakiyatul Hidayah

Malang, 21 April 2016
Dear diriku..
            Sebelumnya, aku akan mendiskripsikan tentangmu di surat ini wahai diriku. Pada surat ini akan tertulis banyak kata “diriku”, dan semua kata itu memiliki sisi dan kondisi yang berbeda. Mereka diantaranya adalah diriku hari ini, diriku kemarin dan diriku esok hari. Sebut saja kita sedang memiliki banyak kembaran. Ah spesial sekali bukan? Saat kita dilahirkan menjadi individu yang tunggal dan berbeda, sedangkan pada surat ini aku menuliskannya seakan-akan kita memiliki banyak saudara, kembar pula hehe. Aku akan menuliskannya dalam rangkaian kata yang sederhana wahai diriku. Karena diriku yang sedang menulis saat ini tidak akan pernah bisa menebak akan menjadi seperti apa diriku esok hari, apalagi untuk lima tahun mendatang. Ketahuilah, itu bukan waktu yang singkat demi sebuah perubahan, baik itu perubahan yang baik atapun sebaliknya. Yang pasti diri kita akan mengalami perubahan, sedikit ataupun banyak, tentu saja porsinya sesuai kebutuhan dari kualitas diri ini. Banyak orang yang mengatakan bahwa waktu adalah uang. Pun banyak juga yang mengatakan bahwa waktu adalah pedang. Kita tidak bisa memungkirinya wahai diriku. Teori dari dua kalimat diatas adalah sebuah filosofi atas kebenaran yang konsisten. Sebuah peristiwa yang terjadi secara berurutan di alam semesta ini pasti berkaitan dengan skala waktu. Dan itu sebabnya aku mendiskripsikan kata “diriku” menjadi banyak sisi, perihal waktu penyebabnya.
            Ketauhilah wahai diriku, sebut saja surat ini adalah sebuah surat bertemakan “bunglon perubahan”. Kita akan menjadi sebuah bunglon yang sewaktu-waktu dengan dasar keinginan atau takdir, kita pasti akan berubah sesuai dengan apa yang mempengaruhinya. Kau akan menjadi pribadi yang berbeda disetiap perpindahan yang kau lakukan. Dan kebayang nggak? Seberapa banyak proses perubahan yang akan kau alami nanti hingga lima tahun mendatang?. Lagi-lagi itu semua tergantung kamu wahai diriku, jalan mana yang kau tempuh adalah bentuk langkah untuk kualitas hidupmu. Dan itulah filosofi dari teori waktu adalah pedang, jika kamu tidak memotongnya maka dia yang akan memotongmu. Pada surat ini, akan kutuliskan serangkaian peristiwa yang pasti akan kau hadapi di lima tahun mendatang. Kemudian dari prediksi peristiwa itu, akan kuberi sedikit nasehat yang perlu kau ingat agar waktu tidak mencabikmu di waktu mendatang wahai diriku.
            Baiklah, kejadian pertama yang paling dekat dengan hari ini adalah skripsi. Skripsi merupakan syarat terakhir yang akan merubah status pelajarmu menjadi seorang sarjana. Kita akan memiliki imbuhan kata yang sudah diresmikan oleh mentri pendidikan diakhir nama kita wahai diriku, yang tak lain adalah S.Kom (Sarjana Komputer). Dari detik perhitungan saat ini, aku memastikanmu untuk meraihnya dalam jangka waktu paling lama setahun. Memang sih, gelar bukanlah segalanya, tapi ini adalah tuntutan, mau tidak mau harus kau raih, dan itu harus setahun. Mengapa aku menuntutmu? Banyak hal yang menjadi penyebabnya. Dan pastinya kau  tau salah satunya penyebab utamanya, yang tak lain adalah orang tua. Orang yang senantiasa membiayai proses studimu selama ini wahai diriku. Saat proses yang mengantarkanmu menjadi alasan dibalik senyum kedua orang tuamu menjadi begitu berat, maka ingatlah bahwa mereka tidak pernah lupa akan mendoakanmu wahai diriku. Tetaplah semangat berusaha, satu hal yang perlu kau tau bahwa hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha. Dan tetaplah berdoa, karena kita terlalu sering berusaha mati-matian menggapai impian tetapi lalai dalam mendoakannya. Setelah kau berhasil menggapainya, berterimakasih kepada orang-orang yang berada dibalik usahamu adalah bentuk rasa khidmat yang paling utama.   
            Setelah kau melalui proses skripsi dan wisuda, ada pilihan yang begitu rumit yang pasti akan kau hadapi wahai diriku. Antara menikah, kerja dan lanjut studi S2. Ketahuilah ini pembahasan yang rumit, aku kesulitan mendiskripsikannya saat ini. Tapi tetap akan kubahas satu-satu untukmu.
            Lanjut studi S2. Jika kau memilihnya, maka itu adalah pilihan yang bijaksana dari segala pilihan. Tidak hanya sederhana, itu juga pasti adalah pilihan yang istimewa untukmu wahai diriku. Mengapa aku mengatakannya bahwa itu adalah istimewa ? Terkadang kita lupa akan cita-cita dini kita, kita lupa ingin menjadi apa saat proses yang kita lalui terlampau rumit. Banyak orang di dunia ini yang memiliki cita-cita dan impian yang tinggi namun tidak sempat atau tidak mampu menggapainya. Maka saat kita berhasil, hal itu menjadi keistimewaan tersendiri yang ada pada diri kita. Lagi-lagi bukan karena gelar aku menuntutmu wahai diriku, hanya karena sebaik-baiknya orang adalah orang yang bermanfaat bagi orang lainlah penyebabnya. Derajat yang Allah tinggikan setelah keilmuanmu begitu luas nanti, kau akan memiliki banyak pengaruh terhadap lingkunganmu. Semakin banyak orang yang membutuhkan akan berbanding lurus dengan semakin banyaknya manfaat yang kita beri wahai diriku. Maka lagi-lagi perjuangan yang serupa harus kamu lanjutkan dua tahun lagi setelah lulus sarjana nanti.
            Bekerja. Ini opsi kedua yang aku recommended terkait pilihan diatas wahai diriku. Jangan tanyakan mengapa, semua orang tahu jawabannya. Ibaratkan saja kita layaknya tumbuhan yang memiliki proses pertumbuhan. Saat umurmu masih 1-4 tahun, anggap saja kau masih menjadi sebuah biji yang tersembunyi dalam tanah. Tidak ada bagian dari dirimu yang terlihat orang, hanya orang-orang terdekat dan sanak saudaralah yang merasakan pertumbuhanmu. Tanpa melakukan apapun, kau dirawat baik oleh orang tua hingga menjadi tunas yang muncul pada permukaan tanah. Disitulah kau memiliki tugas untuk tumbuh dan berkembang menjadi akar yang kuat, batang yang kokoh, daun yang lebat dan bunga yang indah serta buah yang manis. Bekerja adalah salah satu dari proses menghasilkan buah yang manis. Dimana hasil dari pekerjaan kita akan dinikmati oleh orang lain. Perlu aku garis bawahi bahwa bekerja yang aku maksud adalah bekerja secara produktif, menghasilkan karya-karya penuh inspiratif dan bermanfaat bagi banyak orang. Jadi, pindahlah tanamanmu pada tempat yang banyak dikunjungi orang sehingga banyak pula penikmat buah dari tanamanmu. Perhatikan nasihat ini baik-baik wahai diriku, suatu saat pasti kau akan mengerti.
            Opsi yang terakhir adalah menikah. Sebenarnya ini bukanlah sebuah opsi wahai diriku, ini sebuah perihal pasti dalam hidup seseorang. Katakanlah dari tujuh puluh tahun kita hidup, dua puluh lima tahun pertama kita hidup dengan orang tua dan empat puluh lima tahun sisanya kita hidup dengan orang lain, yang tak lain adalah orang yang awalnya asing bagi kita. Dan ini akan menjadi titik perubahan paling drastis dalam hidupmu wahai diriku. Bukan lagi perubahan tentang status relationship, perubahan fisik, ataupun perubahan kecil lainnya. Kita akan dituntut merubah pola pikir, sikap dan perbuatan yang tak lain bertujuan untuk mencapai keharmonisan keluarga. Akan ada banyak hal yang harus kamu lakukan demi banyak tujuan yang harus kamu capai bersama orang asing yang akan menikahimu nanti. Aku tidak bisa mendiskripsikan secara detail nasehat terbaik apa yang harus kamu lakukan setelah menikah nanti. Yang pasti adalah tetaplah berada pada lingkaran agama sebagai landasannya.
            Baiklah diriku, aku sudah menyebutkan kejadian secara garis besar yang akan merubahmu nanti. Yang aku harapkan untuk diriku nanti dari diriku saat ini adalah perubahan yang indah seperti metamorfosa ulat menjadi kupu-kupu. Lima tahun lagi, aku kan melihat diriku yang berbeda. Diriku dengan senyum indah dibibirnya yang telah menyelesaikan studi sarjana, serta magister dan menjadi orang di negeri ini serta didampingi oleh suami dan anak-anak yang sholeh dan sholehah. Bersabarlah diriku saat ini, semua ini hanya soal waktu. Maka ini yang terkupas dari teori waktu adalah uang. Dimana hanya waktulah yang akan mengantarkan kita kepada sesuatu yang berharga, yang merubah kita dari hal yang tak ternilai menjadi amat berarti.


-- Sekian -- 

fitri

1 komentar:

Pengunjung

Instagram