Asslamualaikum Wr. Wb
Sudah lama sekali aku tidak posting tulisan aku
di blog ini, kalau digambarkan dalam dunia komik, blog ini sudah banyak sarang
laba-laba dan kecoak hingga hewan-hewan melata yang tidak diinginkan hehehe.
Maaf sebelumnya, gaya bahasa di postingan ini gaya bahasa curhat banget, nggak
layak dibaca sih, nggak ada manfaatnya soalnya.
Well, di
postingan kali ini aku akan menulis artikel tentang “Bagaimana Seharusnya Kita
Bersosial”. Sedikit bercerita ya, belakangan ini sebenarnya aku sedang
menyesali beberapa tindakan aku yang memalukan hanya karena perkataan seorang
teman, kompor dari seorang teman yang baru saja aku kenal. Ah~ begitulah teman,
social, lingkungan, yang berdampak besar bagi kepribadian kita. Maaf sebelumnya
jika kesan dari blog ini sedikit menyindir atau bahkan mengumbar aib seseorang.
Tapi aku menulis ini dengan tujuan agar diambil pelajarannya saja, juga sebagai
latihan pertama dari lamanya aku menghilang dari dunia penulisan. Sebenarnya
ini hanya alasan aku saja sih, bukan karena tugas akhir dan kesibukan lainnya. Aku
saja yang tidak mau menyempatkan dan meluangkan waktu sebentar untuk menulis
sedikit ataupun banyak tentang remeh temeh kehidupan dan artikel lainnya
hehehe.
Lah, kok malah ngelantur kemana-mana sih. Jadi
ceritanya aku itu sebenernya....
Ah, to the point deh, aku itu nulis ini karena aku
pengen curhat aja sih gengs hahahhaa
Jadi gini, aku itu bukan tipe orang yang
sosialis, maksud aku bersosial baik. Aku tipe orang introvert, nggak suka
diatur sama orang lain, apalagi dikontrol bahkan diremehkan/dimanfaatkan. Nah
pada suatu hari, ditempat dimana aku tinggal, aku bertemu dengan seorang yang
orangnya itu... ah gimana jelasinnya ya, ntar kalo aku blak-blakan malah dikira
aku orang pengumbar aib. Ah ya sudahlah pokoknya aku nggak nyebutin merk ya
gengs hehehe. Jadi itu, orang yang akan aku bahas disini adalah tipe orang yang
matre, duniawi, cerewet, sombong, emak-emak, tukang ghibah, tukang kompor,
tukang gitu deh. Yaaaa aku tau sih kalau setiap manusia itu pasti punya
kekurangan dan kelebihan. Tapi kayaknya kekurangan yang buruk kan nggak perlu
dianak pinakkan ke orang lain kan? Nggak perlu lah menebar bibit kejahatan, aku
kan sebel jadinya. Nah orang yang aku maksud ini, sebut saja si A. Si A ini
orang yang baru aku kenal sekitar 4-5 bulanan gengs, yaaa lumayan lama sih.
Tapi baru deket sih 2 bulanan gitu. Kita itu deketnya (menurutku) keterlaluan.
Apa-apa yang aku kerjakan mesti diganggu sama dia, apa-apa yang jadi masalahku
mesti diikut campuri, apa-apa yang aku makan mesti dimakan, apa-apa yang aku
beli mesti dipinjam, apa-apa yang aku ~ ah begitulah pokoknya. Aku kan sebel
jadinya, aku juga punya privasi, aku juga punya urusan pribadi yang harus aku
selesaikan. Apalagi tuh yang dia omongin sampah semua, ghibah, uang, duniawi,
sampah kan? -__-
Dan yang paling aku sesali sampai sekarang,
kenapa aku mau-maunya nurutin apa yang dia anjurin, apa yang dia komporin. Salah
satunya nih, ada temenku yang dia juga matre (katanya) menurutku sih biasa aja
selama dia nggak merugikan aku banget. Nah aku nggak boleh ngasih dia makanan
kalau dia ke kostku, aku disuruh jauh-jauh. Lah situ kan juga matre neng
aaaagrh. Pusing dah aku. Ngapain sih orang punya aib suka ngomongin aib orang
keras-keras? Padahal aib sendiri lebih lebar dan besaaar. Dan juga satu lagi
nih yang bikin aku menyesal. Aku udah bikin nangis orang yang lebih lama aku
kenal sebelum dia, yaaa bias dikatakan temen deket banget. Orang yang selama 4
tahun nemenin aku, ngerawat aku kalau aku sakit, pelipur laraku, yang
pengorbanannya lebih banyak dari pada orang yang baru aja aku kenal 4 bulan
yang lalu. AHHHHH. Aku lebih memilih mendengarkan ocehannya yang nggak jelas
dari pada melihat begitu banyak kebaikan yang dilakukan temenku selama 4 tahun
ini. GOBLOK KAN AKU?
Huh, jadi kesalnya di sini deh
Pokoknya gitu deh gengs. Aku sekedar berbagi
pengalaman. Untuk amannya kita menjadi pribadi yang baik dan tidak terpengaruhi
oleh lingkungan, aku punya beberapa tips nih
1. Bersikap
baiklah terhadap semua orang
Bersikap baik terhadap semua orang
itu sebenarnya point utama dimana kita bisa diterima baik di masyarakat.
2. Tetap
bersikap baik meskipun orang lain membalas sebaliknya
Ini point yang agak berat sih gengs.
Kalian sudah pasti pernah melewati tahapan ini, meskipun kalian termasuk orang
yang paling sabar sedunia, kalian pasti akan merasa sakit hati jika ada orang
yang membalas kebaikan kita dengan kejahatan, pasti rasanya ingin balas dendam.
Agar kita terhindar dari rasa balas dendam itu, maka diamlah. Karna diammu
seperti singa, singa disegani karna diamnya. Setidaknya tetap bertegur sapa dan
membalas senyum seadanya setiap kali kita bertemu dengannya. Jika kita
berfikiran ingin membalas dendam kepadanya, maka tanamkanlah sugesti ini
kedalam pikiranmu bahwa “jika aku melakukan hal yang sama dengan apa yang dia
lakukan kepadaku, maka apa bedanya dia dengan aku? Jika bukan sama-sama
bajingan?”
3. Pilihlah
teman
Dalam konteks ini sebenarnya luas
sekali pembahasannya. Jika dari garis besar kita membaca sub-judul tersebut,
maka kita akan berfikiran negative. Toh teman kenapa harus dipilih-pilih? Bukankah
banyak teman itu justru lebih baik? Kasian dong kalau kita pilih-pilih teman,
nanti yang berkekurangan demikian nggak ada yang mau jadi temannya dia.
Nah bukan itu maksudku gengs. Jadi
kenapa kita perlu memilih teman? Memilih teman itu maksudnya membatasi privasi
dan sikap kita terhadap orang yang tidak begitu baik. Jadi kita bersikap
ala-kadarnya saja terhadap orang yang merugikan kita dalam banyak hal. Maksud
dari dirugikan dalam banyak hal ini contohnya sepeti: gara-gara dia, kita
bukannya banyak teman, malah dibenci diam-diam dibelakang, atau gara-gara dia
kita menghabiskan waktu seharian hanya untuk ghibah. Naaah, keliatan kan gimana
dampaknya? Lingkungan itu sudah jelas menjadi dampak eksternal bagi kehidupan
seseorang. Jadi, batasilah komunikasi, privasi dan sikap kita kepada orang yang
merugikan hidup kita.
Sampai sini dulu ya gengs, udah malam nih,
insyaAllah besok aku sambung lagi. Doakan semoga aku rutin menulis. Aku coba
dari hal-hal terkecil yang aku alami dulu, semoga saja nantinya menjadi hal
besar yang menginpirasi dan bermanfaat bagi banyak orang. Atau bahkan menjadi
buku. Aaamiiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar