Setiap aku menangis merintih, tak sabar akan cobaan yang Tuhan berikan, disitulah seorang ibu akan menenangkan. Seseorang yang lemah lembut, penuh kasih sayang dan selalu berada pada pihakku saat aku tersakiti.
Bagaimana
aku bisa berpaling darinya? Jika saat bangun tidurpun (dengan hanya
membangunkan untuk melakukan sholat fardlu) hingga tidur kembali (dengan
membelai rambutku hingga tertidur) aku selalu dalam balutan kasih sayangnya.
Namun,
ayah, kebalikan dari ibuku. Ia jarang sekali kutemui, dengan segala kesibukan
pekerjaannya membuat waktuku berjalan tanpanya. Tubuh kekarnya yang selalu
menghilang dibalik pintu pagi membuta membuatku tak kunjung bertemu hingga
malam tiba.
Tapi
aku teringat satu hal yang tak bisa aku lupakan seumur hidupku. Suatu kejadiaan
yang sangat berarti, yang membuatku tetap hidup hingga saat ini.
Suatu
hari aku divonis mengidap penyakit asma. Penyakit itu memang tidak begitu
berbahaya bagi kebanyakan orang, bahkan bisa saja diselepekan begitu saja. Tapi
waktu itu umurku masih terlalu muda untuk mengenalnya.
Umurku
baru 4 tahun, asma yang tidak bersahabat menyerang tubuh kecilku yang cukup
dikatakan lemah. Malam itu seseorang lelaki muda yang masih bersusah payah
menghidupi keluarga, yang bersusah payah membangun rumah sederhana untuk kami,
sedang menggendongku tergopoh-gopoh berlari kecil menelusuri jalan desa. Tak
lain ia adalah ayahku, ayah kandungku. Ia menghampiri rumah demi rumah,
mengunjungi setiap sudut desa untuk mendapatkan kendaraan agar bisa membawaku
ke rumah sakit. Akhirnya dengan pinjaman dari tetangga, sepeda butut hitam pun
ia tunggangi dan disusul ibu yang memberiku sandaran disepanjang perjalanan. Sebelum
mataku terpejam, aku hanya melihat punggung ayahku yang bergerak gesit mengikuti
alur perjalanan.
Saat
ini, aku sudah beranjak dewasa. Putri cilik dulu yang selalu ayah sayangi
tidaklah bisa dipeluk lagi, tidaklah bisa digendong lagi. Bahkan suatu hari
ketika seorang lelaki menghampiri rumah kami, bersama kedua orang tuanya, menunduk
malu, berucap halus, bersikap sopan dan menanyakan akan kabarku. Ia datang
dengan maksud tertentu, menanyakan akankah aku dapat segera ia pinang, diberi
ikatan kuat dan melanjutkan hidup dengannya. Punggung ayah yang saat itu aku
lihat, hanya tegap duduk, berkata tegas bahwa keputusan ada pada tanganku. Aku
hanya menggeleng, belum siap menghadapi semuanya.
Sejak
saat itu, mungkin ayah sadar bahwa putri satu-satunya akan segera pergi.
Punggung ayah yang sekarang mulai membungkuk selalu berada pada baris terdepan
sebuah masjid. Sering juga ia menyempatkan menjadi imam sholat di rumah kami.
Dan punggung itu terlihat semakin membungkuk dengan selaan isakan tangis
meminta pada Rabb.
Aku
tertunduk
Setiap kasih sayang ayah selalu ia tersembuyi dalam lantunan doanya.
---Sekian---
Terimakasih
telah menyempatkan membaca. Mohon kometarnya :)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMemang takkan pernah ada habisnya jika berbicara kasihnya orang tua :')
BalasHapusMari tengadahkan tangan seraya memanjatkan diri, semoga Allah selalu menyayangi kedua orang tua kita. Aamiin ^^
Saya jga menulis catatan untuk bapak saya, kak piti hihi
Setoran sy dipekan ke-3 yg lalu kak
Aroma Ke-pesimis-an http://lismanopiyanti.blogspot.com/2015/04/aroma-ke-pesimis-an.html
Iya kak lisma :)
HapusSaya juga udah baca setoran kak lisma. lebih kereeenn :')
kerennnnnn (y)
BalasHapusThanks :)
HapusDibalik anak yang hebat selalu ada anak yang kuat..
BalasHapusnice posting fitri..
keep writing :D
Makasih udah nyempetin baca ade :)
HapusPiti, sayangi ayah selagi beliau masih bernafas.
BalasHapusAku ga pernah ngerasain gimana rsanya disayang secara langsung oleh ayah :)
Beliau meninggal ketika aku masih berumur 2thn.
Btw.
Ada satu yg biasanya luput dr amatan penulis.
awalan "di"
Mana yg harus digabung atau dipisah.
bs baca link ini:
http://www.balaibahasajateng.web.id/index.php/read/home/detail/249/Penulisan-Bentuk-Gabung
"Tubuh kekarnya yang selalu menghilang dibalik pintu pagi membuta membuatku tak kunjung bertemu hingga malam tiba."
salam owop :)
Semoga Allah tidak memutuskan doa mbak diah sbg anak sholehah terhadap ayah mbak diah :')
HapusHehhe, iya mbak, lagi belajar banyak di EYD
makasih udah nyempetin baca :)