Pages

AKU INGIN MENJADI – Bagian 1 (Seperti Founder WhatsApp)


Ngomongin tentang cita-cita, pastinya banyak cerita yang sudah terlukis dalam usaha penggapaiannya (untuk seusiaku sih :D).
Inget kan waktu SD dulu, guru-guru kita sering bertanya
“Anak-anak, apa cita-cita kalian?”
Dan dengan usia sedini itu, pastilah kita menjawab pertanyaan itu dengan gagahnya kita menjawab profesi yang sungguh membanggakan.
“Dokter bu, Polisi bu, Masinis bu, Pilot bu, Guru bu” dan lain-lain
Aku terkekeh mengingatnya, saat dulu aku hanya bercita-cita menjadi seorang dokter, dengan alasan bisa membantu orang-orang sakit dan bisa jalan-jalan dengan uang yang banyak (melihat sisi kekayaan rumah para dokter) :D
Ternyata ga segampang itu ternyata, dokter bukanlah sekedar menyandang gelar dokter, banyak sekali sesuatu yang harus diingat seorang dokter, banyak sekali pengalaman, etika, pengetahuan, research, dan lain-lain yang bisa mewujudkan cita-cita tersebut.
Nyatanya, dengan ingatanku yang standart-standart aja, metode belajarku yang gitu-gitu aja,  bikin semuanya jadi tidak mungkin. Hahaha
Tapi ada suatu kebanggaan tersendiri waktu kita bisa berimajinasi menjadi seorang dokter, tanpa harus bersusah payah menjadi seorang dokter.
Dan Akhirnya, setelah bertahun-tahun aku belajar di bangku sekolah, aku menemukan jati diriku di satu jurusan yang akan menjadi profesiku ‘Teknik Informatika’.
Hmm, seorang TI itu bisa saja sih menyandang berbagai macam profesi. Bisa jadi designer, programmer, analyst, manager pun bisa hehe..
Tapi untuk seorang pemula seperti saya, keinginan itu masih jauh diambang batas pengetahuan. Saat ini aja masih kesusahan bikin aplikasi, seharusnya sudah cinta dengan memprogram aplikasi.

Yooossshh..
Tetep harus semangat lah 

Satu usaha kecil yang pengen aku gapai sekarang : pingin jadi founder app messager dan social media seperti Whatsapp. Wiiih keren kan :D
Seperti Brian Acton dan Jan Koum, sebagai founder Whatsapp. Ternyata mereka berdua mengembangkan aplikasi tersebut di suatu ruangan yang ga terlalu besar dan sederhana. Ga seperti kantor-kantor perusahaan seperti Google, Yahoo, atau Facebook. Tapi mereka udah bikin aplikasi messaging popular yang udah di pakai jutaan orang didunia.
Kalo Whatsapp digunakan banyak orang untuk kepentingan agamis, waaah pahalanya sebagai founder yang menciptakan sarana share dakwah kan berlipat ganda (iya kalo mereka islam sih) :D
Kartor mereka bertempatkan di Mountain View, California. Terlebih itu bukan sebuah kantor sih, tapi sebuah tempat nongkrong untuk bekerja. Soalnya di markas itu ga ada sama sekali plang nama yang menunjukkan bahwa itu kantornya WhatsApp..
Sebagai pencita-cita seperti founder Whatsapp, aku jadi ga minder harus memulainya dari mana. Jadi biar cita-cita kita bisa terwujud, memulai ide untuk membuat aplikasi itu penting dan actionnya dalam mengembangkan aplikasinya juga lebih penting. Dengan team work yang aktif dan nyantai bekerja di markas kan juga lebih memadai 

Semoga bermanfaat

---Sekian---

Terimakasih telah menyempatkan membaca 
Mohon komentarnya yaaaa 

fitri

2 komentar:

  1. Piti.. tulisannya udh bgus. Ngalir. Tp mgkin perlu diperhatikan utk penulisannya ya.. klo kata "ga" itu biasa pke "gak" dan utk kata "standar" tanpa "t" di belakannya. Utk EYD ruru lebih tahu tuh.. cb aja tny ke dia. Oh ya.. 1 lg. Di awal nulis pakai "aku" tp pas di tengah2 ada kata "saya". Mgkin bisa sedikit dperbaiki, biar lebih asik bcanya. Over all. It's ok. Semangaads..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, iya kak ci :D
      makasih makasih atas komentarnya..
      nanti piti perbaiki lagi EYD nya hehe..

      Hapus

Pengunjung

Instagram