Ngomongin tentang cita-cita, pastinya banyak cerita yang
sudah terlukis dalam usaha penggapaiannya (untuk seusiaku sih :D).
Inget kan waktu SD dulu, guru-guru kita sering bertanya
“Anak-anak, apa cita-cita kalian?”
Dan dengan usia sedini itu, pastilah kita menjawab
pertanyaan itu dengan gagahnya kita menjawab profesi yang sungguh membanggakan.
“Dokter bu,
Polisi bu, Masinis bu, Pilot bu, Guru bu” dan lain-lain
Aku terkekeh
mengingatnya, saat dulu aku hanya bercita-cita menjadi seorang dokter, dengan
alasan bisa membantu orang-orang sakit dan bisa jalan-jalan dengan uang yang
banyak (melihat sisi kekayaan rumah para dokter) :D
Ternyata ga
segampang itu ternyata, dokter bukanlah sekedar menyandang gelar dokter, banyak
sekali sesuatu yang harus diingat seorang dokter, banyak sekali pengalaman,
etika, pengetahuan, research, dan lain-lain yang bisa mewujudkan cita-cita
tersebut.
Nyatanya, dengan
ingatanku yang standart-standart aja, metode belajarku yang gitu-gitu aja, bikin semuanya jadi tidak mungkin. Hahaha
Tapi ada suatu
kebanggaan tersendiri waktu kita bisa berimajinasi menjadi seorang dokter,
tanpa harus bersusah payah menjadi seorang dokter.
Dan Akhirnya,
setelah bertahun-tahun aku belajar di bangku sekolah, aku menemukan jati diriku
di satu jurusan yang akan menjadi profesiku ‘Teknik Informatika’.
Hmm, seorang TI
itu bisa saja sih menyandang berbagai macam profesi. Bisa jadi designer,
programmer, analyst, manager pun bisa hehe..
Tapi untuk seorang pemula seperti saya, keinginan itu masih
jauh diambang batas pengetahuan. Saat ini aja masih kesusahan bikin aplikasi,
seharusnya sudah cinta dengan memprogram aplikasi.
Yooossshh..
Tetep harus semangat lah
Satu usaha kecil yang pengen aku gapai sekarang : pingin
jadi founder app messager dan social media seperti Whatsapp. Wiiih keren kan :D
Seperti Brian Acton dan Jan Koum, sebagai founder Whatsapp.
Ternyata mereka berdua mengembangkan aplikasi tersebut di suatu ruangan yang ga
terlalu besar dan sederhana. Ga seperti kantor-kantor perusahaan seperti
Google, Yahoo, atau Facebook. Tapi mereka udah bikin aplikasi messaging popular
yang udah di pakai jutaan orang didunia.
Kalo Whatsapp digunakan banyak orang untuk kepentingan
agamis, waaah pahalanya sebagai founder yang menciptakan sarana share dakwah
kan berlipat ganda (iya kalo mereka islam sih) :D
Kartor mereka bertempatkan di Mountain View, California.
Terlebih itu bukan sebuah kantor sih, tapi sebuah tempat nongkrong untuk
bekerja. Soalnya di markas itu ga ada sama sekali plang nama yang menunjukkan
bahwa itu kantornya WhatsApp..
Sebagai pencita-cita seperti founder Whatsapp, aku jadi ga
minder harus memulainya dari mana. Jadi biar cita-cita kita bisa terwujud, memulai
ide untuk membuat aplikasi itu penting dan actionnya dalam mengembangkan
aplikasinya juga lebih penting. Dengan team work yang aktif dan nyantai bekerja
di markas kan juga lebih memadai
Semoga bermanfaat
---Sekian---
Terimakasih telah menyempatkan membaca
Mohon komentarnya yaaaa
Piti.. tulisannya udh bgus. Ngalir. Tp mgkin perlu diperhatikan utk penulisannya ya.. klo kata "ga" itu biasa pke "gak" dan utk kata "standar" tanpa "t" di belakannya. Utk EYD ruru lebih tahu tuh.. cb aja tny ke dia. Oh ya.. 1 lg. Di awal nulis pakai "aku" tp pas di tengah2 ada kata "saya". Mgkin bisa sedikit dperbaiki, biar lebih asik bcanya. Over all. It's ok. Semangaads..
BalasHapusWah, iya kak ci :D
Hapusmakasih makasih atas komentarnya..
nanti piti perbaiki lagi EYD nya hehe..